LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PENETAPAN
MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU

Oleh :
Kelompok
V
Cintami Winanda Sari
: (08101005051)
Heriansyah
Hidayat : (08101005009)
Meydy : (08101005041)
Muhamad Abdul
Karim : (08101005018)
Yesy Aristiantin : (08101005017)
LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 1
I.
NOMOR PERCOBAAN : V
II.
NAMA PERCOBAAN : PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASERKAN PENURUNAN TITIK BEKU
III. TUJUAN PRAK TIKUM :
1. Menetapkan titik beku
cairan murni dan larutan
2. Menetapkan
massa molar dan senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku.
IV. DASAR TEORI :
Sistem
homogen yang mengandung dua aatau lebih zat disebut larutan bias any alrutan
dianggap sebagai larutan yang mengandung zat terlarut. Pada kenyataanya setiap
sistem homogen dari zat merupakan larutan. Komponen utamanya biasanya disebut
sebagai pelarut dan komponen minornya disebut sebagai zat terlarut yang dapat
berperan serta dalam reaksi kimia suatu larutan atau eninggalkan larutan karena
penguatan atau pengendapan . Uraian mengenai gejalah ini disebut spesifikasi
kuantitatif mengenai banyaknya zat terlarut dalam larutan dan kompoisi larutan
terbentuk dari percampuran dua atau lebih zat murnih yasng molekulnya
berinteraki dengan keadaan tercampur. Perubahan gaya
antar molekul berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antar molekul dalam keadaan bergerak dari zat
terlarut atau dalam keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan dalam
pembentukan maupun kestabilan larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa dengan gas dan ditentuksn melalui bobot molekul
zat terlarur. Misalnya lerutan dula yang bereda sifat denga air murnih biasa.
Sifat-sifat larutan yang tidak dapat ditinggalkan yaitu rasa, warnah, pH dan
kekentalan bergantung pad jenis dan konsentrasi zat terlarut pengaruh jenis zat
yeng kecil (Fassenden, 1993 : 153-154).
Bila dibandingkan tekanan uap larutan
pada suhu yang sama lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya. Jadi, titik didih
normal larutan, yakni suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1 atm, harus lebih
tinggi daripada titik didih pelarut. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik
didih larutan. Membran berpori yang dapat dilalui pelarut tetapi zat terlarut
tidak dapat melaluinya disebut dengan membran semipermeabel. Bila dua jenis
larutan dipisahkan denga membran semipermeabel, pelarut akan bergerak dari sisi
konsentrasi rendah ke sisi konsentrasi tinggi melalui membran. Fenomena ini
disebut osmosis. Membran sel adalah contoh khas membran semipermeabel. Membran
semipermeabel buatan juga tersedia. Bila larutan dan pelarut dipisahkan membran
semipermeabel, diperlukan tekanan yang cukup besar agar pelarut bergerak dari
larutan ke pelarut. Tekanan ini disebut dengan tekanan osmosis. Tekanan osmosis
larutan 22,4 dm3 pelarut dan 1 mol zat terlarut pada 0 °C adalah 1,1
x 105 N m-2.
Hubungan antara
konsentrasi dan tekanan osmoisi diberikan oleh hukum van’t Hoff’s.
πV = nRT
π adalah tekanan osmosis, V volume, T temperatur absolut, n jumlah
zat (mol) dan R gas. Anda dapat melihat kemiripan formal antara persamaan ini
dan persamaan keadaan gas. Sebagaimana kasus dalam persamaan gas, dimungkinkan
menentukan massa molekular zat terlarut dari
hubungan ini.
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai
hambatan peningkatan luas permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan
didefinisikan pada antarmuka cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga
ada pada antarmuka cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini
secara umum disebut dengan tegangan antarmuka. Tarikan antarmolekul
dalam dua fas dan tegangan permukaan di antarmuka antara dua jenis partikel ini
akan menurun bila tempeartur menurun. Tegangan antarmuka juga bergantung pada
struktur zat yang terlibat. Molekul dalam cairan ditarik oleh molekul di
sekitarnya secara homogen ke segala arah. Namun, molekul di permukaan hanya
ditarik ke dalam oleh molekul yang di dalam dan dengan demikian luas permukaan
cenderung berkurang. Inilah asal mula teori tegangan permukaan. Bentuk tetesan
keringat maupun tetesan merkuri adalah akibat adanya tegangan permukaan
(Karyadi, 2009 : 281).
Cairan naik
dalam kapiler, fenomena kapiler, juga merupakan fenomena terkenal akibat adanya
tegangan permukaan. Semakin besar tarikan antar molekul cairan dan kapilernya,
semakin besar daya basah cairan. Bila gaya
gravitasi pada cairan yang naik dan tarikan antara cairan dan dinding kapiler
menjadi berimbang, kenaikan akan terhenti
Pembentukan suatu larutan tidak menimbulkan
pengaruh terhadap sifat-sifat kimia zat-zat penyusun larutan tersebut. Air
suling (air murni) dan air sumur memperlihatkan reaksi yang sama saja, misalnya
direaksikan dengan logam natrium. Akan tetapi sifat-sifat fisis suatu zat yang
sering berubah tatkala zat itu menjadi komponen larutan. Pada suhu 20oC
air murni pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat
anti beku, “antifreeze” untuk radiator kendaraan) akan tetap cair pada
suhu rendah itu (Anshory, 1994: 2).
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan
larutan encer atau kira-kira pada larutan yang lebih pekat, yang tergantung
pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak
tergantung pada jenis larutan. Keempat sifat tersebut ialah penurunan tekanan
uap, peningkatan titik didik, penurunan titik beku, dan tekanan osmosisi. Pada
tahun 1880-an kimiawan Prancis F. M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu
zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Banyak
penurunan tekanan uap (DP) terbukti sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut
(XB) dan tekanan uap pelarut murni (PAo),
yaitu:
DP = XB.PAo
Dalam dua larutan komponen, XA + XB
= 1, maka XB = 1-XA. Juga apabila tekanan uap pelarut di
atas larutan dilambangkan PA, maka P = PAo-PA.
Sehingga dapat ditulis kembali menjadi:
PAo - PA = (1-XA)
PAo
Dan penataan ulang persamaan ini menghasilkan
bentuk yang umum dikenal dengan Hukum Raoult. Hukum Raoult menyatakan bahwa
“Tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil
kali tekanan uap pelarut murni (PAo) dengan fraksi mol
dalam larutan (XA)”. Apabila zat terlarut mudah menguap dapat
ditulis pula PB = XB.PBo. Dalam
larutan ideal semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti Hukum Raoult
pada seluruh selang konsentrasi. Namun zat terlarut dalam larutan tak ideal
encer mengikuti Hukum Hendry, bukan Hukum Raoult (Petrucci, 1998: 63-64).
Titik beku larutan lebih rendah dari pada titik
beku pelarut yang murni. Larutan gula misalnya membeku di bawah suhu 0oC.
Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut disebut penurunan
titik beku larutan (DTf). Penurunan titik beku larutan ini juga
sebanding dengan konsentrasi zat yang terlarut. Dan hubungan ini dapat
dinyatakan dengan rumus DTf
= m. Kf.
Seperti halnya dengan kenaikan titik didih, maka
penurunan titik beku larutan ini juga dapat dipakai untuk menentukan berat
molekul zat yang dilarutkan (Anonim 2010 : 1).
Larutan yang mengandung zat terlarut tak volatil
dapat menurunkan tekanan uap pelarut. Semakin tinggi konsentrasinya maka
semakin besar penurunan tekanan uapnya. Biasanya bila berbicara tentang titik
beku atau titik didih, orang sepakat bahwa itu berlaku untuk kondisi 1 atm.
Istilah yang lebih eksak untuk titik itu adalah titik beku dan titik beku
normal. Dalam lampiran kita dapat mempunyai harga-harga Tf dan Tb
untuk sejumlah zat. Metode untuk menduga Tb biasanya kurang baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Bondi sfus lebih besar bila molekul dapat
memiliki sejumlah orientasi dalam fase cair dibanding dalam wujud padatnya.
Jadi sfus lebih kecil untuk molekul sferik, kauk dan Tf lebih tinggi
dari pada untuk molekul berukuran sama yang anisometrik dan lentur. Bagaimanapun
Eston mengusulkan penggunaan metode interpolasi untuk mengkorelasikan
titik-titik beku pada deret homolog. Untuk deret seperti itu, ia membuat grafik
(Tb - Tf) / Tf Vs berat molekul. Kecuali
barang kali untuk anggota pertama deret grafik tersebut menghasilkan sebuah
garis lurus (Reis, 1999: 1).
Perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan
tekanan uap untuk konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik
beku berkaitan dengan molalitas total melalui
DTf = Tfo - Tf
= Kf ´ m
Dengan Kf adalah tetapan positif yang
hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan titik beku menyebabkan
kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut memiliki titik beku
yang lebih rendah daripada air segar. Larutan garam pekat memiliki titik beku
yang lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya peningkatan titik
didih yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak
diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam larutan maka molalitas total semua
spesies yang ada (ionik atau netral) harus digunakan dalam perhitungan (Norman,
2001: 167).
V. ALAT DAN BAHAN
- Tabung reaksi besar
- Gabus penyumbat
- Termometer
- Statif dan klem
- Kawat pengaduk
- Es
- Air
- Garam
- Gula
- Gelas piala
- Stopwatch
VI. PROSEDUR
PERCOBAAN
- Penetapan titik beku pelarut murni
|
||||
![]() |
||||
|
||||
![]() |
||||
|
||||
![]() |
||||
|
- Penetapan massa senyawa yang tidak diketahui
![]() |
||
|
- Perhitungan
- Plot kurva titik p-xylena murni. Tentukan titik beku pelarut murni.
- Buat kurva titik beku larutan senyawa dalam p-xylena. Gunakan metode yang digunakan pada latar belakang, tentukan titik beku larutan.
- Tetapan titik beku molar (Kb) p-xylena = 4,3oC/menit. Cari rapan p-xylena dalam hand book dan hitung massa pelarut yang digunakan. Hitung massa molar senyawa.
- Asisten akan memberikan rumus empiris senyawa. Hitunganlah rumus molekulnya.
VII. PERTANYAAN PRAPRAKTIK DAN JAWABAN
1.
Dalam 400 gr H2O
dilarutkan 9 gr glukosa dan sejumlah urea. Bila titik beku larutan -0,93.
Tentukan berat urea yang ditambahkan !
2.
Sebanyak 1,2 gr senyawa dengan
nama C8H8O dilarutkan dalam 15 ml sikloheksena (p = 0,799
g/ml) Hitunglah molaritas larutan ini !
Jawaban :
1.
Tf = Tf pelarut – Tflarutan
= 0 – (-0,93)
= 0,93oC
Tf =
m x Kf



Mr glukosa Mr Urea p



180 60 400



180
180 400

180

4,65
36 = 9 + 3 gr urea

3

3
2. m = gr
x 1000




120 1,5
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Menggunakan air murni, dimulai dari suhu 21oC
Perubahan suhu (oC)
|
Waktu (s)
|
21
|
0
|
18
|
15
|
11
|
30
|
11
|
45
|
8
|
60
|
7
|
75
|
5
|
90
|
5
|
105
|
5
|
120
|
Tabel 2. Menggunakan air + gula
Perubahan suhu (oC)
|
Waktu (s)
|
21
|
0
|
10
|
15
|
5
|
30
|
5
|
45
|
5
|
60
|
Tabel 1. Menggunakan air murni, dimulai dari suhu 21oC

Tabel 2. Menggunakan air + gula

IX. DATA HASIL PENGAMATAN
Diketahui :
Massa
glukosa : 1 gr
V air : 5 ml
P air : 0,966 gr m-1
Kf : 1,86

Tf = Tf pelarut – Tflarutan
= 5 – 5
= 0

V air
= . V air
= 0,966 . 5
= 4,83 gr
m air = 5 gr
Tf = Kf . m
= Kf . massa
glukosa . 1000



Mr 5
Mr = 107,5
Menentukan Rumus empiris
[CH2O]n =
Mr
[12+6+16]n = Mr


30 30
= 3,58
= 4
[CH2O]n =
[CH2O]n
= Ci Hi
Oi
= C4
H8 O4
Jadi rumus molekul C4 H8 O4
X. PEMBAHASAN
Dari Praktikum kali
ini yang berjudul “Penetapan Masa Molar Berdasarkan Penurunan Titik Beku” kami
mendapatkan pembahasan diantaranya yaitu : bahwa penurunan suhu pada percobaan
yang kami lakukan sangat drastis atau curam, dari yang awalnya suhunya normal,
setelah dimasukkan kedalam gelas beaker yang berukuran besar yang diisi dengan
batu es. Dengan menggunakan larutan berupa air murni, kami mendapatkan suhu
yang stabil setelah waktu yang cukup lama, yaitu 5ºC. Adapun dengan menggunakan
larutan gula, kami mendapatkan suhu stabil yang sama, akan tetapi dalam waktu
yang lebih cepat. Hal ini disebabkan karena larutan gula bersifat menurunkan
titik beku suatu larutan air murni. Hal ini dapat dilihat dari table data hasil
pengamatan.
Kami juga
mennggunakan garam dapur yang dicampurkan dengan es batu dalam gelas beaker,
hal ini bertujuan untuk menghambat proses pencairan pada es batu sehingga dapat
membantu kami dalam melakukan percobaan ini. Pada proses pengukuran suhu,
jangan sampai thermometer menyentuh dinding tabung reaksi, karena hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil dari pengukuran.
Penurunan titik
beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut
murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang
mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan
larutan disebut titik bekularutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih
rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut
di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku ΔTf =
(titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah
molaritas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal,
penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di
dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik
beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf
adalah khas pelarut itu masing-masing.
Dari percoban di atas dapat kita ketahui
bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik
dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik yang dihasilkan akan
memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik diawal percobaan
(1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa waktu
percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk
mendapatkan titik beku pelarut atau larutan, tarik garis pada daerah curam
(garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut membagi titik
suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut merupakan
titik beku pelarut/larutan. Sedangkan pada larutan contoh perubahan suhunya
juga tidak konstan pada awal-awal pertama dan pada detik pengukuran terakhir
pada pada suhu 5ºC. jadi dapat kita simpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada
penentuan titik beku pelarut dengan penentuan titik beku larutan contoh
perubahan suhunya relatif tidak tetap dan penurunannya juga berjalan dengan
tidak konstan.
XI.KESIMPULAN
- Sifat koligatif larutan adalah sifat suatu larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada sifat partikel zat terlarut tersebut.
- Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku zat terlarut.
- Dengan peristiwa penurunan titik beku suatu zat atau senyawa, kita dapat mencari massa relative suatu senyawa yaitu dengan menggunakan titik beku larutannya.
- Penurunan titik beku pada larutan dipengaruhi oleh factor yang mempengaruhi perubahan suhu baik dari system ataupun dari lingkungan.
- Dalam peristiwa penurunan titik beku, garam dapur berfungsi sebagai stabilisator suhu es dikarenakan garam dapur dapat menghambat proses pencairan es.
DAFTAR PUSTAKA
Fassenden, J, Ralph, dkk. 1993. Organik
Chemistry 3rd Edition. Jakarta
: Erlangga
Karyadi, Beni. 1997. Kimia Edisi II. Jakarta
: Pusat perbukuan Depdikbud
Tim Penyusun. 2003. Penuntun Pratikum Kimia Edisi Dasar I.
Indralaya : Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN



Tabung reaksi Pipet tetes Termometer



Gelas beker Gelas ukur Spatula
Comments
Post a Comment