pratikum kimia dasar titrasi asam basa (volumetri)



LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
TITRASI ASAM BASA  (VOLUMETRI)
Oleh :
Kelompok III
Azrina Ulfah              : (08101005040)
Franky Marendy       : (08101005039)
Meriansyah Putra     : (08101005008)
Riani Yunita              : (O8101005014)
Ridho Anzari             : (08101005026)
Robin Huda               : (08101005016


LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I

I.                   Nomor Percobaan    : IV
II.                Nama Percobaan      : Titrasi Asam Basa (Volumetri)
III.             Tujuan Percobaan   :
1.      Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang mengandung asam
2.      Menstandarisasi larutan penitrasi
IV.             Dasar Teori
Asam adalah suatu zat yang Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam.
Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.Menurut definisi Arrhenius, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Menurut definisi Brønsted-Lowry, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).Menurut definisi Lewis, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi redoks; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa. Secara umum, asam memiliki sifat berasa masam ketika dilarutkan dalam air.terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat,asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.lalu asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis, termasuk Antoine Lavoisier, secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena ia tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asam-asam halida, HCl, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari kata bahasa Yunani yang berarti "pembentuk asam". Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam-asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut harus ditinggalkan.
Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy, berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Kimiawan Swedia Svante Arrhenius lalu menggunakan landasan ini untuk mengembangkan definisinya tentang asam. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1884.
Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Brønsted dari Denmark dan Martin Lowry dari Inggris masing-masing mengemukakan definisi protonik asam-basa yang kemudian dikenal dengan nama kedua ilmuwan ini. Definisi yang lebih umum diajukan oleh Lewis pada tahun yang sama, menjelaskan reaksi asam-basa sebagai proses transfer pasangan elektron.
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman" (pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin.
Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.Basa memiliki sifa-sifat sebagai berikut :
1.      Kaustik
2.      Rasanya pahit
3.      Licin seperti sabun
4.      Nilai pH lebih dari sabun
5.      Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6.      Dapat menghantarkan arus listrik
Basa kuat adalah basa yang dapat terionisasi 100% dalam air. Umumnya basa ini merupakan senyawa yang tersusun dari ion golongan IA dan IIA dengan ion hidroksida (OH-). Contoh basa kuat adalah: NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, KOH, dan sebagainya.
Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan kadarnya.larutan penguji disebut “TITRAN” sedangkanlarutan yang ingin diuji kadarnya disebut “TITRAT / TITER”
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.










V.Alat dan Bahan
1.         Labu ukur
2.         Biuret
3.         Erlenmeyer
4.         Labu takar
5.         Gelas Ukur
6.         Air Suling’
7.         Asam asetat
8.         Larutan NaOH
9.         Indikator Fenolftalein
10.     Larutan HCl

VI.Prosedur Percobaan
Cuci dengan baik biuret 50 ml,selanjutnya bilas dengan air suling,tutu ceratnya dan masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi.Miringkan dan putar nuret untuk membasahi permukaan buret.
Keluarkan larutan buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali dengan larutan NaOH. Isi buret dengan larutan hiingga skala 0,alirkan larutan dan isi buret kembali.
Cuci 3 erlenmeyer 259 ml dan kemudian bilas dengan air suling.Pipet 25 ml larutan HCl standar 0,1 M kedalam setiap Erlenmeyer.Tambahkan ke dalam Erlenmeyer masing-masing 25 ml air suling dan 3 tetes indicator fenolftalein.
Catat kedudukan awal larutan NaOH pada Erlenmeyer pada buret kemudian alirkan sedikit demi sedikit larutan NaOH pada Erlenmeyer pertama.Titik akhir tercapai bila warna merah jambu bertahan selama 30 detik setelah pencampuran.

VII.Pertanyaan Prapraktek
1.      Apa yang dimaksud dengan asam,basa,titik ekuivalen dan indicator?
a)            Asam adalah senyawa yang melepaskan ion H (Hidrogen) dalam larutannya
b)            Basa adalah senyawa yang melepaskan ion hisroksida (OH ) dalam larutannya.
c)            Titik ekivalen adalh dimana suatu titik antara larutan asam dan basa tepat habis bereaksi
d)           Indikator adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengetahui titik titrasi.

2.      Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekivalen !
Titik ekivalen adalah titik dimana larutan baku dengan larutan sekunder tepat habis bereaksi,sedangkan titik akhir titrasi pada saat kedua larutan bereaksi menunjukkan perubahan warna dimana tidak dapat kembali seperti semula dan pada keadaan ini,reaksi harus dihentikan.

3.      Sebanyak 0,442 gram kalium hydrogen sitrat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling,kemudian dititrasi dengan larutan NaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutanb NaOH,berapa molaritas larutan NaOH tersebut ?
Diketahui :
gr KH4C6H5O7  = 0,7742 gr
V NaOH            = 33,6 ml = 0,0336 L
Mr KH4C6H5O7= 232
Ditanyakan :
M NaOH………….?
Mol =
Mol KH4C6H5O7 = Mol NaOH
Mol KH4C6H5O7 =  = 0,003 Mol
Mol NaOH          =  
Mol NaOH          =  =  0,09 M






















VIII. Data Hasil Pengamatan
         Standarisasi dengan HCl

Erlenmeyer
Awal
Akhir
I
0
1,5
II
1,5
3,2
III
3,2
5

            Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
           
Erlenmeyer
V NaOH
I
2
II
1,9
III
3,2
           
            Standarisasi dengan asam cuka (CH3COOH)
           
Erlenmeyer
Awal
Akhir
I
0
2,3
II
2,3
3,4
III
3,4
4,6


                       



IX. Reaksi dan Perhitungan
a.       Reaksi
NaOH + HCl                                          NaCl + H2O
NaOH + CH3COOH                                          CH3COOHNa + H2O

b.      Perhitungan
V NaOH =
V NaOH =
V NaOH = 1,66 ml

M HCl x V HCl awal = M HCl akhir x V HCl akhir
0,1 M x 5 ml = X x 10 ml
X =  = 0,05 M HCl akhir
M NaOH x V NaOH = M HCl x V HCl
Y x 1,66 = 0,05 x 10
Y =  
Y = 0,3 M NaOH

Persentase asam cuka
Erlenmeyer
V NaOH
I
2,3
II
1,1
III
1,2


V NaOH =
V NaOH =
V NaOH = 1,53

M NaOH x V NaOH   = M CH3COOH x V CH3COOH
0,3 M x 1,53 ml = 0 x 22 ml
M CH3COOH =
M CH3COOH = 0,02 M CH3COOH
M CH3COOH =  x
gr CH3COOH = 
                         = 0,0264 gram
% Praktek        =  x 100 %
                         = 0,12 %
% Teori            = 0,45 %
% Kesalahan    =  x 100 %
                         =  x 100 %   
                         =  x 100 %
                        = 73,3 %
X. Pembahasan
Pada percobaan ini, analisa yang digunakan adalah analisa volumetri. Analisa volumetri biasa disebut juga sebagai analisis titirimetri atau titrasi yaitu yang diukur adalah volume larutan yang diketahui konsentrasinya dengan pasti yang disebut sebagai titran, dan diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tepat volume titrat (analit) atau sejumlah berat zat yang akan ditentukkan.
         Dalam percobaan ini yang dititrasi adalah asam kuat dan basa kuat. Berperan sebagai titran yaitu NaOH karena merupakan larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Sedangkan analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi atau yang disebut titrat adalah HCl.
Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan kedalam larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dengan jumlah analit, maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui penambahan titran dihentikan dpt digunakan zat kimia yg disebut indikator. Indikator dalam percobaan ini adalah indikator phenolptalein. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Pada saat mencapai titik akhir titrasi harus dihentikan, yaitu pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik ekivalensi dan titik akhir harus sama. Semakin tua (pekat) warna HCl yang timbul, maka semakin banyak NaOH yang terpakai. Padahal seharusnya kita meneteskan NaOH hanya hingga warna HCl merah muda transparan.
Sementara itu, perbedaan warna HCl yang timbul, bisa berasal dari beberapa faktor sebagai berikut. Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi, kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH seperti pada saat penimbangan. Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan. Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
Indikator untuk titrasi asam basa memegang peranan yang amat penting. Pemilihan indicator yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan titrasi yang akan kita lakukan. Jangan sampai kita salah memilih indicator yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi.Untuk memilih indicator yang akan dipakai pada titrasi asam basa maka terlebih dahulu kita harus memperhatikan trayek pH indicator tersebut. Dalam larutan CH3COOH, indikator fenolftalein berdisosiasi menjadi suatu bentuk yang tidak berwarna, namun ketika dilakukan titrasi dengan larutan NaOH, larutan berubah warna menjadi merah muda, hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan telah mengalami kelebihan basa dimana pada saat terjadi perubahan warna tersebut titrasi langsung dihentikan untuk mengurangi kelebihan basa dan memperkecil kesalahan titrasi. Ketika terjadinya perubahan warna pada larutan, pada saat itulah titik akhir titrasi tercapai. Dengan demikian, banyaknya volume NaOH yang digunaklan dalam proses titrasi dapat diketahui, begitu pula volume rata-rata setelah tiga kali perlakuan (triplo), sebagaimana telah disebutkan di atas.berlangsung
Dari proses titrasi ini pula, dapat diketahui bahwa titrasi ini merupakan jenis titrasi netralisasi alkalimetri, dimana pada proses titrasi ini melibatkan basa kuat sebagai larutan standarnya dan asam lemah sebagai analit yang akan dititrasi.
Adapun kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses titrasi ini, berasal dari kesalahan acak, dimana kesalahan ini dapat terjadi akibat kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran volume dan pembacaan skala pada buret.






IX. Kesimpulan
       Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkanlah kesimpulan berikut :
1.      Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan kadarny
2.      Asam adalah senyawa yang melepaskan ion H (Hidrogen) dalam larutannya
3.      Basa adalah senyawa yang melepaskan ion hisroksida (OH ) dalam larutannya.
4.      Titik ekivalen adalh dimana suatu titik antara larutan asam dan basa tepat habis bereaksi
5.      Indikator adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengetahui titik titrasi.


















DAFTAR PUSTAKA
Petrucci,Raplh H. 1996.Prinsip dan Terapan Modern Kimia Dasar.Edisi keempat.Jilid I.Erlangga : Jakarta
Purba,Michael.1995.Ilmu Kimia untuk SMU. Jilid I. Erlangga : Jakarta
Tim Kimia Dasar.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Sriwijaya : Indralaya






















LAMPIRAN

Erlenmeyer



                                                                        Buret

                                                                   
       Gelas ukur


                                                                   

                                                                    Pipet tetes



















Comments